170+ Perusahaan Lakukan PHK Massal di 2025: Alarm Sunyi bagi Generasi Produktif
- Indri S
- Jul 24
- 2 min read
Belum sampai akhir tahun 2025, lebih dari 170 perusahaan besar di berbagai sektor, terutama teknologi; telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Nama-nama raksasa seperti Amazon, Microsoft, Meta, Intel, IBM, dan Spotify ikut terlibat. Fenomena ini menciptakan tekanan besar, terutama bagi para pekerja usia produktif di seluruh dunia.

Data Fakta: Gelombang PHK Global 2025
Berdasarkan data dari Layoffs.fyi dan beberapa sumber global lainnya:
>62.000 pekerja teknologi kehilangan pekerjaan hanya dalam paruh pertama 2025.
284 perusahaan telah melaporkan PHK massal sejak Januari.
Microsoft memangkas 9.000 karyawan di bulan Juli, bersamaan dengan fokus barunya ke pengembangan AI.
Amazon Web Services (AWS)Â mengeliminasi ratusan posisi.
Intel memangkas hingga 20% dari total staf-nya dalam proses restrukturisasi global.
Ini bukan hanya fenomena teknologi. Perusahaan-perusahaan retail, media, hingga startup juga ikut terdampak. Namun, sektor teknologi adalah yang paling terpukul karena dominasi tren otomatisasi dan efisiensi biaya.
Apa Penyebab Utama Gelombang PHK Ini?
Otomatisasi & Artificial Intelligence (AI)
Perusahaan lebih memilih berinvestasi pada sistem otomatis dan AI generatif untuk menekan biaya jangka panjang.
Banyak pekerjaan berulang dan administratif mulai digantikan sistem otomatis seperti chatbot, AI customer support, hingga coding assistant.
Tekanan Ekonomi Global
Suku bunga tinggi, inflasi, dan ketidakpastian pasar mendorong perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran.
Banyak perusahaan mengurangi beban gaji sebagai bagian dari strategi bertahan hidup.
Eliminasi Posisi Manajerial
Perusahaan mulai menghapus lapisan menengah (middle management) karena dianggap tidak cukup produktif dan lambat dalam proses pengambilan keputusan.
Ini berdampak langsung pada posisi manajer proyek, koordinator, hingga supervisor.
Overhiring Saat Pandemi
Banyak perusahaan tech melakukan perekrutan agresif selama pandemi (2020–2021).
Kini, setelah pertumbuhan melambat, posisi-posisi tersebut dianggap tidak lagi relevan atau berlebihan.
Siapa yang Paling Terdampak Setelah PHK?
Pekerja teknologi (software engineer, UI/UX designer, QA, PM)
Middle management (manajer, koordinator, supervisor)
Fresh graduate dan junior staff (karena dianggap mudah digantikan sistem)
Pekerja dengan skill tradisional yang belum upgrade ke digital atau AI tools
PHK Bukan Akhir, Tapi Titik Awal Transisi Karier
Kalau kamu termasuk generasi produktif yang masih aktif bekerja (atau sedang mencari kerja), ini saatnya waspada dan bersiap. Jangan tunggu sampai terdampak, mulai sekarang lakukan langkah-langkah berikut:
1. Career Cushioning
Selalu siapkan "bantal pengaman karier":
Perbarui CV dan profil LinkedIn.
Bangun jejaring profesional di komunitas atau forum kerja.
Pahami tren industri tempat kamu bekerja.
2. Upgrade Skill: AI, Data, Cloud
Teknologi adalah penyebab, tapi juga solusi:
Pelajari AI Prompting, Cloud Fundamentals, dan Data Analytics.
Ikuti kursus singkat atau sertifikasi (banyak yang gratis!).
3. Bangun Personal Branding
Aktiflah di platform profesional seperti LinkedIn, Medium, atau Notion.
Tunjukkan portofolio kerja, insight industri, atau opini pribadi yang relevan.
4. Masuk ke Hidden Job Market
Banyak pekerjaan tidak diiklankan. Dapatkan lewat:
Rekomendasi teman
Grup Telegram komunitas
Acara networking atau alumni gathering
5. Dana Darurat = Nafas Panjang
Idealnya kamu punya tabungan hidup untuk 6–12 bulan.
Gunakan aplikasi keuangan untuk alokasi yang jelas.
6. Rawat Kesehatan Mental & Fisik
PHK bisa berdampak pada kestabilan mental.
Lakukan olahraga, meditasi, journaling, atau konsultasi jika perlu.
Temui support system atau komunitas yang suportif.
PHK massal ini adalah sinyal keras: dunia kerja sedang berubah, dan otomatisasi adalah arus utama. Tapi bukan berarti semua akan tergantikan. Pekerja yang adaptif, digital-savvy, dan tahan banting akan tetap relevan. Ini saatnya kamu jadi lebih tangguh, bukan lebih takut.